Di kehidupan keseharian, buat menulis dengan bahasa Indonesia, kita rata-rata gunakan alfabet yang sudah disinkronkan dari waktu masa Belanda. Sejumlah besar huruf dalam skema alfabet punyai pengujaran yang berlainan. Umpamanya, teknik kita memberikan ucapan huruf a, b, c, d, dst. berlainan. Cuma ada dua huruf dalam alfabet bahasa Indonesia yang punyai pengujaran yang serupa: huruf f dan v.

Slot resmi gacor Meski kata ‘visi’ dan ‘fisi’ punyai teknik penulisan yang berlainan, teknik pengujarannya umumnya, sama. Dalam omongan keseharian, kita dapat memilah dua kata itu gunakan kondisi kalimat disekelilingnya, maka dari itu kita tidak dengar phrase “reaktor misi” atau “fisi dan visi”. Tapi, di banyak bahasa yang digunakan di Eropa, pengujaran huruf v tidak serupa dengan huruf f. Umpamanya, dengan bahasa Inggris, kata ‘live’ dan ‘life’ punyai pengujaran yang berlainan. Pada artikel berikut, kita bakal memandang bagaimana ketidakcocokan pengujaran beberapa huruf disaksikan dari sistem pemasukan nada menurut style source-filter.

Nada dibuat gunakan beberapa organ pada tubuh manusia, mulai dengan paru-paru, pita nada, rongga mulut dan hidung. Menurut style source-filter, beberapa organ ini dapat dibagi jadi source (sumber suara), seperti paru-paru dan pita nada dan filter (penyaring suara), seperti rongga mulut dan hidung.

Slot resmi indonesia Buat mendatangkan nada, pertama kali, paru-paru menjadi kecil buat memompa udara ke pita nada. Pergerakan udara ini punyai energi yang bisa diubah jadi gelombang nada. Kalau udara yang dipompakan banyak, atau kecepatannya tinggi, nada yang keras dapat dibuat. Sehabis keluar paru-paru, udara bakal melewati pita nada yang berada di leher. Kita dapat mengontrol biar pita nada lebar terbuka atau tertutup.

Kalau pita nada terbuka, udara bakal mengucur dengan kecepatan tersendiri dari paru-paru yang dikontrol oleh gesekan dengan dinding kerongkongan dan beberapa efek yang lain. Kalaupun kecepatan udara ini ditampakkan diagram, kita dapat memandang kalau kecepatan ini condong berganti dari satu kecepatan rerata tersendiri. Kalau pita nada tertutup, dia bakal tergetar cepat ditiup udara dari paru-paru. Di saat pita nada terbuka sedikit, udara bisa mengucur dengan kecepatan tinggi dari sela pita, tidak hanya itu, nyaris tidak ada udara yang mengucur . Sehingga, selang antara sela normalnya cukup teratur dan sangat kencang.

Kalau pita nada tertutup, kita dapat mengontrol tegangan pita nada. Dengan menambah tegangan pita nada, pita nada bisa bertambah plastis, maka dari itu sela di pita buat mengabaikan udara berlangsung amat sering. Kebalikannya, dengan kurangi tegangan pita nada, sela berlangsung lebih jarang-jarang. Frekwensi terciptanya sela mempunyai pengaruh ke tinggi/rendahnya (suara) nada. Frekwensi yang kerap mendatangkan suara yang cukup tinggi, dan kebalikannya. Umumnya, pita nada wanita lebih tegang ketimbang pita nada pria. Lantaran itu, di saat pita nada tertutup, nada wanita bertambah tinggi ketimbang nada pria.

Kalau kita mempelajari elemen frekwensi dari kecepatan udara di saat pita nada terbuka, kita dapat memandang kalau kecepatan udara punyai elemen frekwensi yang tersebarkan sama rata. Akan tetapi, di saat pita nada tertutup dan tergetar, cuma elemen frekwensi tersendiri (kelipatan dari frekwensi getaran pita nada) yang dapat diawasi (terdiskretisasi). Terkait teknik mempelajari elemen frekwensi, keterangan terperincinya dapat disaksikan di artikel matematika Majalah 1000guru Edisi April 2014.

Sehabis melalui pita nada, udara bergerak lewat rongga mulut dan hidung. Di sini, nada disaring gunakan konsep resonansi dan anti resonansi buat memperkokoh atau memperlemah elemen frekwensi tersendiri. Kita dapat gerakkan rahang, lidah dan bibir kita buat mengendalikan teknik pemfilteran yang kita kehendaki. Kalau kita cuma mengendalikan bentuk rahang dan bibir tiada menutup jalan udara, kita dapat keluarkan huruf vocal (a, i, u, e atau o).

Tidak hanya itu, dengan membatasi jalan nada di beberapa tempat tersendiri, kita dapat mendatangkan beberapa huruf konsonan. Umpamanya, kalau kita memposisikan lidah biar punyai sela sempit di kitaran langit-langit, kita dapat melenyapkan elemen frekwensi rendah dari udara yang lewat pita nada. Hasilnya, kita dapat memberikan ucapan huruf s atau z. Tempat penyumbatan lajur udara normalnya dimaksud makhraj; beberapa huruf mati punyai makhraj yang berlainan.

Pengujaran huruf s dan z gunakan posisi lidah yang serupa. Ketidakcocokan antara ke-2 nya datang dari posisi pita nada. Di saat kita memberikan ucapan huruf s, kita buka lebar-lebar pita nada, sedang waktu kita menyebutkan huruf z, kita berusaha tutup pita nada, maka dari itu pita nada tergetar dihempas angin dari paru-paru.

Coba beberapa kawan berdesis memberikan ucapan ‘zzzzzz’. Waktu kita sentuh leher, kita dapat rasakan getaran pita nada. Kita juga dapat mengontrol tinggi desisan suara lantaran tinggi suara ditata oleh frekwensi getaran pita nada. Kebalikannya, kalau kita berdesis memberikan ucapan ‘ssssss’, pita nada tak kan tergetar. Kalau kita sentuh leher kita, tidak bakal ada getaran yang berasa maka dari itu desisan ini tinggi suaranya tidak dapat diatur.

Kalau kita memandang elemen frekwensi dari pergerakan udara yang keluar bibir di saat kita memberikan ucapan huruf s dan z, kita dapat memandang kalau bentuk ke-2 nya serupa lantaran mereka disaring filter yang serupa. Tetapi, elemen frekwensi buat huruf z lebih terpusat di frekwensi tersendiri.

Dengan bahasa Inggris, huruf f dan v dikatakan bentuk mulut yang serupa (dalam kata lain, ke-2 nya punyai makhraj yang serupa). Ke-2 nya dikatakan teknik meniupkan udara lewat bibir yang nyaris tertutup. Seperti huruf s dan z, bedanya cuma di situasi pita nada. Huruf f dengan bahasa Inggris dikatakan pita nada yang lebar terbuka seperti huruf f di bahasa Indonesia. Tetapi, buat memberikan ucapan huruf v, pita nada butuh digetarkan. Buat memberikan ucapan huruf v, coba buat memberikan ucapan huruf f, akan tetapi mengusahakan agar sekalian getarkan pita nada.

Ikhtisarnya, menurut style source-filter, ada dua babak saat proses pemasukan nada buat memberikan ucapan beberapa huruf. Pertama kali, udara dikeluarkan lewat pita nada (source). Bergantung huruf, pita nada bisa tergetar atau lebar terbuka. Seterusnya, nada yang dibuat sumber ini bakal disaring gunakan rongga mulut dan hidung (filter). Menurut teknik filtrasinya, beberapa huruf dapat diucapkan. Dengan perhatikan proses pemasukan nada, kita dapat belajar memberikan ucapan huruf dalam beberapa bahasa lebih pas.

 

By info

error: Content is protected !!